Tuesday, July 17, 2007
Sayidina Ali ra Bicara Tentang Abu Bakr Ash-Shiddiq ra
copy paste


Sayidina Ali ra Bicara Tentang Abu Bakr Ash-Shiddiq ra

Sayidina Ali ra Bicara Tentang Abu Bakr Ash-Shiddiq ra
Dari Buku Naqshbandi Sufi Way
Mawlana Syekh Hisyam Kabbani ar-Rabbani qs


Bismillah hirRohman nirRohim

Rahasia diteruskan dan mengalir dari Guru seluruh umat, Rasulullah saw kepada Khalifah Pertama, Imam dari semua Imam, Abu Bakr ash-Shiddiq ra. Melalui beliau agama mendapat dukungan dan kebenaran dilindungi. Allah swt menyebut dan memujinya dalam
beberapa ayat suci Alquran,

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kelak Kami sediakan jalan
yang mudah” [92:5-7].

“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling bertaqwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada
seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi dia (memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi” [92:17-20].

Ibn al-Jawzi menyatakan bahwa seluruh ulama Muslim dan para Sahabat yakin bahwa ayat-ayat tersebut merujuk kepada Abu Bakr ra. Di antara orang banyak, beliau
dipanggil dengan sebutan “Al-Atiq,” artinya “yang paling saleh dan dibebaskan dari api neraka.”

Ketika ayat ke-56 Surat al-Ahzab diturunkan, yaitu bahwa, “Allah swt dan malaikatnya berselawat kepada Nabi Suci saw,” Abu Bakr ra bertanya apakah beliau termasuk yang mendapat berkah tersebut. Kemudian ayat ke-43 diturunkan dan dinyatakan bahwa,

“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan
adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman” [33:43].

Ibn Abi Hatim ra menerangkan bahwa ayat ke-46 Surah Ar-Rahman merujuk kepada Abu Bakr ash-Shiddiq ra, “Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga” [55:46].

Merujuk kepada Abu Bakr ash-Shiddiq ra, Allah swt berfirman, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila
dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.

Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama
penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” [46:15-16]

Ibn `Abbas ra berkata bahwa ayat ini merupakan deskripsi tentang Abu Bakr ash-Shiddiq ra, Allah swt memuliakan dan mengangkat kedudukannya di antara seluruh Sahabat Nabi saw. Selanjutnya Ibn `Abbas ra mencatat bahwa ayat 158 Surah Al-Imran diturunkan
dengan merujuk kepada Abu Bakr ra dan Umar ra,“Mintalah nasihat mengenai masalah-masalah penting kepada mereka.”

Akhirnya, kehormatan terbesar bagi Abu Bakr ra yaitu dalam menemani Nabi Suci saw dalam hijrahnya dari Mekah ke Madinah, ditunjukkan oleh ayat, “Ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah swt beserta kita’” [9:40].

Sebagai tambahan terhadap pujian Allah swt kepadanya, Abu Bakr ash-Shiddiq ra juga menerima pujian dari Nabi Suci saw dan para Sahabatnya. Hal ini dicatat dalam banyak riwayat hadis yang terkenal. Allah swt akan menunjukkan Keagungan-Nya kepada orang-orang secara umum, tetapi Dia akan menunjukkannya secara khusus kepada Abu Bakr ra.

Tidak pernah matahari menyinari seseorang lebih terang daripada Abu Bakr ra, kecuali ia seorang nabi. Tak satu pun yang diturunkan kepadaku yang tidak kuberikan ke dalam hati Abu Bakr ra.

Nabi saw berkata, "Tidak ada seseorang pun di mana aku mempunyai kewajiban tetapi tidak perlu membayar utangku kembali kecuali Abu Bakr ra, karena Aku berhutang banyak kepadanya dan Allah swt akan menggantinya di Hari Pembalasan nanti".

Jika aku akan mengangkat seorang sahabat karib (khalil) selain Tuhanku, aku akan memilih Abu Bakr ra. Abu Bakr ra tidak mendahuluimu karena banyak melakukan salat atau puasa, tetapi karena rahasia yang ada dalam hatinya.

Bukhari meriwayatkan dari Ibn `Umar ra bahwa, “Di masa Nabi saw kita tidak mengenal seseorang yang lebih tinggi daripada Abu Bakr ash-Shiddiq ra, lalu Umar ra, dan Utsman ra.”

Bukhari juga meriwayatkan dari Muhammad ibn al-Hanafiya ra (putra Sayidina Ali ra) bahwa, Aku bertanya kepada ayahku, ‘Siapa orang terbaik setelah Rasulullah saw?’ Beliau menjawab, ‘Abu Bakr ra.’Aku bertanya, ‘Siapa lagi?’ Beliau berkata, ‘Umar ra’Aku takut berikutnya beliau akan mengatakan ‘Utsman ra, jadi aku berkata, ‘lalu bagaimana dengan kau sendiri?’ Beliau menjawab, ‘Aku hanya orang biasa saja.’”

Tabarani meriwayatkan melalui Mu`adz ra bahwa Nabi saw bersabda, Aku mempunyai penglihatan spiritual di mana aku diletakkan di salah satu timbangan dan umatku
berada di sisi yang lain dan ternyata aku lebih berat. Kemudian Abu Bakr ra di tempatkan di satu sisi dan umatku di sisi yang lain, ternyata Abu Bakr ra lebih
berat. Kemudian Umar ra diletakkan di satu sisi dan umatku di sisi yang lain, ternyata Umar ra lebih berat. Kemudian Utsman ra diletakkan di satu sisi dan umatku di sisi yang lain, ternyata Utsman ra lebihberat. Lalu timbangan itu terangkat.

Hakim meriwayatkan bahwa `Ali as pernah ditanya,‘Wahai Penguasa yang beriman, terangkanlah kepada kami tentang Abu Bakr ra.’ Beliau menjawab, ‘Beliau adalah
orang yang Allah swt panggil dengan sebutan ash-Shiddiq dari lidah Nabi saw dan beliau adalah seorang khalif (penerus) Nabi saw. Kita menerimanya untuk agama kita dan kehidupan dunia kita.’

Banyak hadis lain yang menunjukkan pencapaian Abu Bakr ash-Shiddiq ra yang lebih tinggi dibandingkan para Sahabat yang lain. Abu Bakr ra merupakan teman terbaik dan Sahabat tercinta dari Nabi Suci saw. Selama hidupnya beliau diberkati untuk menjadi orang yang pertama dan utama, baik dalam hal keyakinan,dukungan, maupun cinta terhadap Nabi Suci saw. Untuk itu beliau diberi kehormatan dengan gelar ash-Shiddiq,
atau yang benar.

Beliau adalah orang dewasa pertama yang merdeka yang menerima Islam dari tangan Nabi saw. Beliau tidak pernah bergabung untuk menyembah berhala yang dilakukan para leluhurnya. Beliau memeluk Islam tanpa keraguan. Bertahun-tahun kemudian Nabi Suci saw mengingatkan, “Setiap kali Aku menawarkan Islam kepada seseorang, orang itu selalu menunjukkan keengganan atau keraguan dan mencoba untuk berargumentasi. Hanya
Abu Bakr ra yang menerima Islam tanpa keraguan dan argumentasi.”

Beliau yang pertama dalam hal dukungan spiritualnya. Beliau selalu kukuh dalam memberi dukungannya selama masa-masa sulit di Mekah. Beliau yang pertama berbicara ketika terjadi kejadian-kejadian di luar pemahaman akal, khususnya di antara Muslim baru, seperti halnya dalam kasus Isra’ dan Mi’raj. Kemudian di Madinah ketika perjanjian Hudaybiyya ditandatangani, hanya Abu Bakr ra yang kukuh imannya. Beliau menasihati para sahabatnya agar tidak bersifat kritis, melainkan tetap patuh dan setia kepada Nabi Suci saw.

Beliau juga yang pertama dalam hal bantuan material. Ketika Muslim lain memberi banyak harta untuk memperkuat iman mereka, Abu Bakr ra adalah orang pertama yang memberikan seluruh harta yang dimilikinya. Ketika ditanya apa yang ditinggalkan
untuk anak-anaknya, beliau menjawab, “Allah swt dan Nabi-Nya saw.” Ketika mendengar ini Umar ra berkata, “Tidak ada yang bisa melebihi Abu Bakr ra dalam memberi pelayanan kepada Islam.”

Beliau juga yang pertama dalam hal keramahan dan belas kasihan kepada mukmin pengikutnya. Sebagai pedagang yang sangat makmur, beliau selalu memperhatikan orang
yang lemah dan miskin. Beliau membebaskan 7 orang budak sebelum meninggalkan Mekah, di antaranya termasuk Bilal ra. Beliau bukan hanya membelanjakan uangnya yang sangat banyak untuk membebaskan mereka tetapi beliau juga membawa mereka ke rumahnya dan
mendidik mereka.

Ketika beliau menjabat sebagai khalif beliau berkata, Tolonglah aku, jika aku benar dan koreksilah aku jika aku salah. Orang-orang yang lemah di antara kalian harus menjadi kuat bersamaku sampai atas Kehendak Allah swt, haknya telah disyahkan. Orang-orang yang kuat di antara kalian harus menjadi lemah bersamaku sampai, jika Allah swt menghendaki, aku akan mengambil apa yang harus dibayarnya. Patuhilah aku selama aku patuh kepada Allah swt dan Nabi-Nya saw, bila aku tidak mematuhi Allah swt dan Nabi-Nya saw, jangan patuhi aku lagi.

Di masa-masa awal agama Islam, penafsiran mimpi dianggap sebagai praktik spiritual. Hanya mereka yang mempunyai hati yang suci dan penglihatan spiritual yang bisa mengalami mimpi yang bermakna, dan hanya mereka yang hatinya suci dan mempunyai penglihatan spiritual yang dapat menafsirkan mimpi tersebut. Abu Bakr ra merupakan penafsir mimpi yang terkenal. Nabi saw sendiri hanya akan berkonsultasi dengan beliau
dalam mencari kejelasan tentang mimpi kenabiannya. Sebelum perang Uhud, Nabi Suci saw dalam mimpinya melihat bahwa beliau menggembalakan ternak, tetapi beberapa di antaranya telah disembelih. Pedang yang beliau pegang patah. Abu Bakr ra menafsirkan bahwa binatang yang telah disembelih menunjukkan adanya kematian beberapa Muslim, dan pedang yang patah menandakan akan ada salah satu kerabat Nabi saw yang meninggal. Sayangnya kedua prediksi ini menjadi kenyataan dalam perang Uhud.

Abu Bakr ra juga seorang penyair sebelum menjadi Muslim. Beliau dikenal dengan deklamasinya yang luar biasa dan ingatannya yang sempurna terhadap puisi yang
panjang yang menjadi kebanggaan bangsa Arab. Kualitas ini menjadikan beliau menonjol dalam Islam. Bacaan Qurannya sangat jelas dan menyentuh sehingga banyak orang yang masuk Islam hanya karena mendengar bacaan beliau ketika sedang berdoa. Orang-orang Quraisy berusaha melarang beliau berdoa di halaman rumahnya untuk menghindari agar orang-orang tidak mendengarnya.


Juga karena ingatannya, banyak Hadis penting yang sampai pada kita sekarang. Di antaranya adalah hadis yang menunjukkan tata-cara salat yang benar dan yang menjelaskan secara spesifik mengenai proporsi yang tepat dalam zakat. Tetapi tetap saja di antara ribuan Hadis yang telah dibuktikan kesahihannya, hanya 142 saja yang berasal dari Abu Bakr ra. Putri beliau, ‘Aisya ra menyatakan bahwa ayahnya mempunyai buku berisi lebih dari 500 Hadis tetapi suatu hari beliau menghancurkannya. Pengetahuan yang tetap disembunyikan oleh Abu Bakr ra adalah yang berhubungan dengan pengetahuan surgawi, `ilmu-l-ladunni, yang menjadi sumber bagi pengetahuan para Wali, pengetahuan yang hanya dapat diteruskan dari hati ke hati.

Meskipun beliau seorang yang lemah lembut, beliau juga menjadi orang pertama dalam pertempuran. Beliau memberi dukungan kepada Nabi Suci saw dalam semua kampanyenya baik dengan pedang maupun dengan nasihatnya. Ketika yang lain gagal dan melarikan
diri, beliau tetap berada di sisi Nabinya yang tercinta. Diriwayatkan bahwa suatu ketika Ali as bertanya kepada para sahabat siapa yang mereka anggap paling berani. Mereka menjawab bahwa Ali as-lah yang paling berani. Tetapi beliau menjawab, “Bukan! Abu Bakr ra-lah yang paling berani. Dalam perang Badar di mana tidak ada satu pun yang berdiri untuk menjaga Nabi Suci saw salat, Abu Bakr ra berdiri dengan pedangnya dan tidak membiarkan musuh mendekat.”

Sudah tentu beliau yang menyusul Nabi Suci saw sebagai Khalifah dan pemimpin yang jujur. Beliau mendirikan Departemen Keuangan Umum (Baytu-l-mal) untuk memelihara orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Beliau juga yang pertama dalam
mengkompilasi seluruh Alquran dan menyebutnya sebagai "Mushaf."

Dalam hal transmisi spiritual, beliau adalah orang pertama yang memberi instruksi dalam metode membaca Kalima (La ilaha ill-Allah) yang keramat untuk memurnikan hati dengan cara berzikir, dan sampai sekarang, metode itu masih dilakukan dalam Tarekat
Naqsybandi.

Bukhari meriwayatkan dari Mabad ibn Hilal al-Anzi ra Hadis terkenal tentang tawasul melalui “la ilaha ill-Allah.”

Kami, yaitu beberap orang dari Basra , berkumpul dan pergi menjumpai Anas ibn Malik. Kami pergi dengan ditemani oleh Tsabit al-Bunnani agar ia dapat menanyakan tentang Hadis mengenai Tawasul atas nama kami. Lihatlah, Anas ada di rumah dan kedatangan kami bertepatan dengan salat Zuhurnya. Kami meminta izin untuk masuk dan beliau memersilakan kami masuk ketika masih berada di tempat tidurnya. Kami berkata kepada
Tsabit, ‘Jangan bertanya tentang hal lain dulu sebelum menanyakan Hadis tentang Tawasul.’ Ia berkata, ‘Wahai Abu Hamza! Ini ada beberapa saudaramu dari Basra yang
ingin menanyakan Hadis tentang Tawasul.’

Kemudian Anas berkata, ‘Muhammad saw berkata kepada kami, “Pada Hari Kebangkitan, orang-orang akan berbondong-bondong satu sama lain bagaikan gelombang. Lalu mereka akan datang kepada Adam as dan berkata, Tolong berikan kami syafaat dengan Tuhanmu.’ Beliau akan berkata, ‘Aku tidak berhak untuk itu, tetapi sebaiknya kalian pergi menemui Ibrahim as karena ia adalah Khalilullah, sahabat karib Allah swt Yang Maha
Pemurah.’

Mereka akan pergi menemui Ibrahim as dan ia akan berkata, ‘Aku tidak berhak untuk hal itu, sebaiknya kalian pergi menemui Musa as, karena ia adalah Qalamullah, yang berbicara secara langsung dengan Allah.’ Jadi mereka pergi menemui Musa as dan ia akan berkata, ‘Aku tidak berhak untuk itu, sebaiknya kalian pergi menemui Isa as, karena ia adalah Ruhullah, roh Allah swt dan Firman-Nya.’ Mereka akan menemui Isa as
dan ia akan berkata, ‘Aku tidak berhak untuk hal itu, sebaiknya kalian pergi menemui Muhammad saw.’

“Mereka akan datang padaku dan aku akan berkata, ‘Aku bisa melakukannya.’ Lalu aku akan memohon izin dari Allah swt dan syafaat itu akan diberikan. Lalu Dia akan menginspirasikan diriku untuk memuji-Nya dengan puji-pujian yang belum kuketahui sekarang. Aku akan memuji-Nya dengan puji-pujian itu dan akan bersujud di hadapan-Nya. Lalu akan dikatakan, ‘Wahai Muhammad saw, angkatlah kepalamu dan bicaralah karena ucapanmu akan didengar. Mintalah, karena permintaanmu akan dikabulkan. Berikanlah syafaatmu, karena perantaraanmu (tawasul) akan diterima.’ Aku akan berkata, ‘Wahai Tuhan, umatku, umatku!’ lalu akan dikatakan, ‘Pergilah keluarkan dari api neraka, mereka yang mempunyai iman di dadanya sebesar biji gandum.’…

“Aku akan pergi dan melakukan hal itu dan kemudian kembali untuk memuji-Nya dengan puji-pujian yang sama, dan bersujud di hadapan-Nya. Lalu akan dikatakan, ‘Wahai Muhammad saw, angkatlah kepalamu dan bicaralah karena ucapanmu akan didengar. Mintalah, karena permintaanmu akan dikabulkan. Berikanlah syafaatmu, karena perantaraanmu akan diterima.’ Aku akan berkata, ‘Wahai Tuhan, umatku, umatku!’ lalu akan dikatakan, ‘Pergilah keluarkan dari api neraka, mereka yang mempunyai iman di dadanya walaupun hanya seringan-ringannya biji mustard.”

Ketika kami meninggalkan Anas, aku berkata kepada beberapa sahabatku, ‘Mari kita mengunjungi Hasan yang menyembunyikan diri di rumah Abu Khalifa dan memintanya untuk menceritakan apa yang telah dikatakan oleh Anas ibn Malik kepada kita.’ Kami lalu pergi menemuinya dan memberi salam. Beliau menerima kami. Kami lalu berkata, ‘Wahai Abu Said! Kami mendatangimu setelah bertemu saudaramu Anas ibn Malik. Beliau menceritakan kepada kami Hadis mengenai Tawasul yang belum pernah kami dengar sebelumnya.’ Beliau berkata, ‘Seperti apa itu?’ Kami lalu menceritakan Hadis itu
kepadanya sampai kami mengatakan, ‘Beliau berhenti di situ.’ Hasan berkata, Seterusnya bagaimana?’ Kami berkata, ‘Beliau tidak melanjutkannya lagi.’

Hasan berkata, ‘Anas menceritakan Hadis itu kepadaku dua puluh tahun yang lalu ketika ia masih sangat muda. Aku tidak tahu apakah ia lupa atau ia tidak ingin
membuat kalian tergantung kepada apa yang mungkin telah ia katakan.’ Kami berkata, ‘Wahai Abu Said, ceritakanlah hal itu kepada kami.’ Beliau tersenyum dan berkata, ‘Manusia diciptakan sebagai makhluk yang terburu-buru. Aku menyebutkannya karena memang aku akan menceritakannya kepada kalian. Anas mengatakan hal yang sama kepadaku sebagaimana yang diceritakannya kepada kalian dan kemudian ia menambahkan, “Kemudian
aku (Nabi saw) akan kembali untuk keempat kalinya dan memuji-Nya dengan cara yang sama dan bersujud di hadapan-Nya. Kemudian akan dikatakan, ‘Wahai Muhammad saw, angkatlah kepalamu dan bicaralah karena ucapanmu akan didengar. Mintalah, karena permintaanmu akan dikabulkan. Berikanlah syafaatmu, karena perantaraanmu (tawasul) akan diterima.’ Aku akan berkata, ‘Wahai Tuhan, izinkanlah aku memberikan syafaat kepada setiap orang yang mengucapkan, “La ilaha ill-Allah.”’ Kemudian Allah swt akan mengatakan, ‘Demi Kekuasaan dan Kemuliaan-Ku, Kebesaran dan Keagungan-Ku, Aku akan mengeluarkan dari neraka siapa pun yang mengucapkan, ‘La ilaha ill-Allah’.”’

Meskipun Allah swt memuliakan Abu Bakr ra dengan menjadikannya orang yang pertama dalam segala hal, Allah swt bahkan memberinya kemuliaan lebih banyak ketika beliau memilih untuk menjadi yang kedua. Karena Abu Bakr ra satu-satunya Sahabat Nabi Suci saw dalam hijrahnya dari Mekah ke Madinah. Mungkin sebutan akrab bagi beliau adalah "yang kedua di antara berdua ketika mereka berada dalam gua," seperti yang telah disebutkan dalam Surat [9:40]. Umar ra berkata, “Aku berharap suatu hari nanti, seluruh amal dalam hidupku akan setara dengan amalnya.”

Ibn `Abbas ra berkata bahwa suatu hari Nabi saw sakit. Beliau pergi ke masjid dengan kepala yang ditutupi sehelai kain. Beliau duduk di mimbar, dan berkata, “Jika aku harus mengangkat seseorang sebagai teman akrabku (khalil), aku akan memilih Abu Bakr ra, tetapi teman terbaik bagiku adalah persahabatan dalam Islam.” Kemudian beliau memerintahkan agar semua pintu rumah di sekitar masjid yang terbuka ke arah masjid Nabi saw agar ditutup kecuali pintu milik Abu Bakr ra. Dan pintu itu tetap terbuka sampai hari ini.

Keempat Imam dan para Syekh Tarekat Naqsybandiyyah memahami dari Hadis tersebut bahwa seseorang yang mendekati Allah swt melalui ajaran dan teladan Abu Bakr ra akan menemukan dirinya melewati satu-satunya pintu yang tetap terbuka kepada hadirat Nabi saw.


Dari Kata-katanya Abu Bakar ra

Tidak ada pembicaraan yang baik jika tidak diarahkan untuk memperoleh rida Allah swt. Tidak ada manfaat dari uang jika tidak dibelanjakan di jalan Allah swt. Tidak ada kebaikan dalam diri seseorang jika kebodohannya mengalahkan kesabarannya. Dan jika
seseorang tertarik dengan pesona dunianya yang rendah, Allah swt tidak akan rida kepadanya selama dia masih menyimpan hal itu dalam hatinya.

Kita menemukan kedermawanan dalam Taqwa (kesadaran akan Allah swt), kekayaan dalam Yaqin (kepastian), dan kemuliaan dalam kerendahan hati. Waspadalah terhadap kebanggaan sebab kalian akan kembali ke tanah dan tubuhmu akan dimakan oleh cacing.

Ketika beliau dipuji oleh orang-orang, beliau akan berdoa kepada Allah swt dan berkata, ‘Ya Allah swt, Engkau mengenalku lebih baik dari diriku sendiri, dan Aku lebih mengenal diriku daripada orang-orang yang memujiku. Jadikanlah Aku lebih baik daripada yang dipikirkan oleh orang-orang ini mengenai diriku, maafkanlah dosa-dosaku yang tidak mereka ketahui, dan janganlah jadikan Aku bertanggung jawab atas apa yang
mereka katakan.’

Jika kalian mengharapkan berkah Allah swt, berbuatlah baik terhadap hamba-hamba- Nya.

Suatu hari beliau memanggil Umar ra dan menasihatinya sampai Umar ra menangis. Abu Bakr ra berkata kepadanya, ‘Jika engkau memegang nasihatku, engkau akan selamat, dan nasihatku adalah “Harapkan kematian selalu dan hidup sesuai dengannya.’”

Mahasuci Allah swt yang tidak memberi hamba-hamba- Nya jalan untuk mendapat pengetahuan mengenai-Nya kecuali dengan jalan ketidakberdayaan mereka dan tidak ada
harapan untuk meraih pencapaian itu.

Abu Bakr ra berpulang ke Rahmatullah pada hari Senin (seperti halnya Nabi saw sendiri) antara Maghrib dan Isya pada tanggal 22 Jumadil Akhir, 13 AH. Semoga Allah swt memberkatinya dan memberinya kedamaian. Nabi Suci saw pernah berkata kepadanya, “Abu Bakr ra, engkau akan menjadi orang pertama dari umatku yang masuk Surga.”

Rahasia Kenabian diteruskan dari Abu Bakr ra kepada
penerusnya, Salman al-Farisi ra.

Wa min Allah at Tawfiq


wasalam, arief hamdani
President Rabbani Sufi Institut Indonesia
www.rumisuficafe.blogspot.com
posted by widya @ 1:13 PM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
 
About Me



Nameera Ranupadma

Profil

Udah Lewat
Archives
Links
Affiliates
15n41n1